Apa itu Service Level Agreement?

Bahas sedikit teori mengenai sewa layanan VPS. 🙂 Pas kita ingin membeli sebuah VPS biasanya akan muncul istilah SLA (Service Level Agreement) dalam daftar fitur atau jaminan kualitasnya. Apalagi kalau sudah ada tulisan SLA 99%, 99.9% atau bahkan 99,99%. Sebenarnya maksud persen ini juga apa? Nah… akan saya jelaskan apa gunanya dan hubungannya dengan kita sebagai pelanggan.

Sebuah Service Level Agreement (SLA) adalah kontrak dari penyedia layanan dengan kita sebagai pengguna yang memberikan jaminan tingkat pelayanan yang dapat diharapkan.

Jadi saya contohkan dari provider VPS biasanya memberikan SLA 99% itu maksudnya dalam sebulan (atau 30 hari, tergantung providernya) ada jaminan uptime sebesar 99%. Jadi kalau VPS anda down dan disebabkan oleh penyedianya (masalah jaringan, node servernya kena abuse user lain, harddisk rusak dan sebagainya) dan bila dihitung lamanya lebih dari 1% dari 30 hari maka anda bisa klaim ganti rugi. Bisa dikatakan si provider hosting yakin akan kestabilan dan kualitas layanannya hingga berani menjamin, tapi ini sebenarnya hal standar.

Bagaimana sistem perhitungan SLAnya? Dari pengalaman biasanya nanti akan menggunakan satuan menit, dan dalam 30 hari ada 43200 menit. Misal SLAnya 99% maka jaminan uptimenya adalah 42768 menit, dan anda baru bisa mengklaim ganti rugi downtimenya setelah melewati waktu 432 menit atau 7,2 jam. Cukup lama kan? Ini cuma ilustrasi saja, banyak kok yang menggunakan angka 99,9% uptime dan ini cuma 43,2 menit. Atau malah lebih hebat lagi SLA 99,99% jadi sekitar 4,32 menit atau sekitar 259,2 detik.

Setelah batas waktu downtimenya terlewat baru bisa diperhitungkan klaim ganti ruginya. Banyak dari provider VPS menggunakan sistem pro-rate (pro-rata) dimana yang dikembalikan uangnya hanya selama downtime tersebut berlangsung. Misal kita pakai standar VPS 512MB dengan tarif $5 per bulan dan terjadi downtime selama 1 jam dan SLAnya sendiri 99.99%, maka:
60 menit/43200 menit * 5 USD =
0.00138888888 * 5 USD = 0.00694444444 USD
Ya… tidaklah besar atau berarti. Bahkan kadang lebih rugi dibandingkan potensi pendapatan selama down tadi apabila ini online shop. Tapi ada kok yang memberi jaminan 200% ganti rugi, tapi silahkan hitung saja sendiri 2 kali lipat dari hasil diatas jadi berapa. Tetap kecil kan? 🙂

Moral ceritanya, SLA itu bagus dan menunjukkan kepercayaan diri providernya tapi jangan dijadikan acuan utama. Karena apabila pas down maka kita sendiri tidak mendapatkan ganti rugi yang sebanding. Dan biasakan melakukan backup rutin agar pas terdeteksi adanya masalah bisa langsung pindah ke provider lain, baik sementara atau permanen.

Semoga bermanfaat. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *