Sebaiknya sewa server bulanan atau tahunan?
Yang ingin menyewa VPS biasanya akan mendapati beberapa pilihan dalam jangka waktu penggunaan dan tentu saja tagihannya. Tentu saja ada opsi 3 bulan dan 6 bulan biasanya, kadang malah ada 2 tahun hingga 3 tahun. Biasanya yang jadi pertimbangan utama adalah harganya kalau spesifikasi servernya sudah cocok. Tidak salah kok, sampai saat ini saya begitu. Haha. 😀
Bisa dikatakan kali ini adalah kolom opini dan berdasarkan pengalaman kurang mengenakkan saya awal tahun ini yang terpaksa berpindah provider VPS hingga 2 kali dalam 1 minggu. Dulu yang saya incar pasti tahunan karena selain lebih murah kalau belinya jangka panjang, cukup sering didiskon gratis sewa 1 atau 2 bulan. Hemat kan? Juga bayar billingnya ya cukup setahun sekali, tidak usah repot setiap bulan dan kalau lupa kan jadi masalah.
Pemikiran diatas tidaklah salah, asalkan kualitas VPSnya setara semua dan memang bisa diandalkan. Kenyataannya kestabilan VPS saya seperti main yoyo, sehari bisa naik turun tidak jelas apa penyebabnya. Ini menyebabkan website yang dihosting didalamnya sering error Connection Timed Out atau Internal Server Error. Untung masih bisa minta refund walaupun sulit dan akhirnya segera minggat ke provider VPS lainnya.
Terus terang gara – gara salah langkah saya ini membuat saya mempertimbangkan strategi sewa VPS selama ini. Sebelumnya saya cuma memperhatikan reputasi provider, spesifikasi VPS dan biaya per tahunnya. Tapi kalau tidak mengalami sendiri benar saja tidak tahu kemampuan aslinya apakah sesuai omongan orang lain. Apalagi supportnya sendiri bisa seharian baru dibalas, apalagi pas minta refund hampir seminggu baru ada kabarnya. Sangat payah sekali. 🙁
Akhirnya yang paling aman menurut saya adalah mencoba dulu sewa 1 bulan dan apabila performa juga stabilitas VPSnya baik selama masa percobaan ini maka baru kita bisa berkomitmen jangka panjang. Kalau tidak seperti ini bisa dikatakan kita berjudi. Sayang waktu, tenaga dan uangnya kalau sampai salah pilih.
Bagaimana opini atau pengalaman anda? Pilih mana yang terbaik? 🙂
Mas Chandra, menurut anda, dengan kemajuan jaringan sekarang, masih perlukah mencari vps yang terletak dekat dengan negara sendiri? atau sudah cukup mencari diluar yang penting penawaranya yg menarik? 😀
Hmm… kalau soal konektivitas memang lokasi Singapura adalah yang terbaik bila diakses dari Indonesia, latency-nya bisa mencapai 50-80ms. Semestinya lebih baik lagi kalau pakai IIX mas, tapi harganya itu lho ga ramah sama sekali di dompet. Saya pernah melakukan survey sekilas soal biaya sewa VPS/Cloud Server dengan lokasi Indonesia, dan untuk spesifikasi sama harganya minimal 2 kali lipat hingga 4 kali lipat.
Tapi kalau cuma buat web hosting lokasi US, CA, EU itu asalkan latency di angka 200an ms masih normal mas. Bisa dapat murah lagi kalau jeli dalam belanja. VPS untuk blog ini di Los Angeles dengan nilai ping 194ms rata – rata dan mas sendiri merasakan kira – kira cepat tidak? 🙂
Cukup cepat menurut saya, hehe, hampir tidak ada bedanya dari lokal. Kemarin, akhirnya iseng mengambil server promo dari lowendbox.com (banyak promo menarik disana, bisa jadi sumber referensi kawan-kawan bila ingin uji coba vps). Ketika diakses web, tidak bnyak terasa perbedaan, hanya pada saat akses ssh, jadi harus bersabar dikit, lagnya terasa bila ping 250+.
Optimasi sih mas terutama, dari sisi backend:
Mungkin ada lagi, sudah lupa – lupa ingat karena bertahap meningkatkan fitur – fiturnya. Saya tulis selengkap mungkin di halaman ini mas: https://servernesia.com/dibalik-layar/
Dari sisi CMS juga bisa dioptimalkan, saya pakai WordPress:
Rasanya ada lagi tapi saya lupa. Haha. 😀
Saya juga mantau LowEndBox tapi lewat RSS mas, jadi tidak perlu mengunjungi websitenya kalau tidak perlu. Mampir ke forum vpsBoard dan LowEndTalk juga sering ada promo VPS disana. Sekalian baca – baca reputasi provider VPSnya.
Beli VPS dimana mas yang baru beli?
Iya juga sih, ini saya untuk server iseng2 menggunakan LOMP (Linux, OpenLiteSpeed, MariaDB, PHP-FPM). Menggunakan PHP-FPM karena saya lebih nyaman menggunakan debian, dan juga hasil compile php lewat openlitespeed tidak bisa dengan opcache, meskipun sudah coba enable opcache di parameter buildnya (atau saya yang salah juga tidak tahu, karena masih baru).
Ini saya ambil di lunanode dengan paket special 2048, price/performance mantep dah. 2GB RAM, 2x vCPU, 20GB HDD, 2TB BW hanya $7. Meskipun hanya ada server di canada dan prancis, tapi tak apalah, dengan penawaran segitu mau nolak susah. 😀
Loh mas, kok pakai PHP-FPM untuk OpenLiteSpeednya? Sudah disediakan LSPHP lho dan ini lebih bagus daripada PHP-FPM, mungkin karena ini aslinya mesin dari produk komersial (LiteSpeed).
Tinggal install dari repository dan sudah defaultnya menyertakan dukungan PHP OPcache mas. Ada kok buat Debian 8 Jessie resminya. Kalau kesulitan mungkin saya tuliskan besok tutorialnya untuk instalasi OpenLiteSpeed 1.3/1.4 dengan PHP 5.6 di Debian 8.
Pakai OVH datacenternya kalau di Perancis dan Kanada tampaknya. Jadi kepingin coba dedicated tapi belum butuh sih. 🙂
Bisa request mas? Benchmark LunaNode pakai bench.sh dan UnixBench. Ingin tahu saya performanya.
Trims. 🙂
Iya, memang betul sudah terdapat reponya, sayangnya hanya php5.6 saja, dan saya ingin nyoba menggunakan php 7, hehe. Nah, ketika hasil compile php7 tadi di cek menggunakan phpinfo, tidak ada opcache mas.
Ini hasil dari bench.sh dan unixbench
Oh tidak ada
lsphp70
dan kawan – kawan mas didalam repo Debian 8nya? Wah… baru tahu saya, memang belum mencoba soalnya saya kira sama saja dengan CentOSTerimakasih banyak atas benchmark LunaNodenya. Dan… bandwidthnya bagus banget ya, salah satu yang terbaik yang saya pernah lihat ke Asia. Skor UnixBenchnya lebih baik juga daripada DigitalOcean, jadi tergoda pingin coba juga. Haha. 😀
wah maaf mas chandra, hasilnya jadi tidak tertata, saya tidak memperhatikan sebelum posting.
Santai mas, pasti saya edit dan bantu format kalau disisipkan kode – kode. Biar mudah bacanya. 🙂